Tahun 2020 hingga 2021 industri sektor pariwisata sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Pengelola glamping dan wisata jembatan gantung Situ Gunung bercerita bagaimana terpuruknya mereka. Baru setahun buka langsung dihantam pandemi global.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI tak kalah pusingnya. Hampir seluruh rencana sulit dilakukan. Industri ini tidak boleh kolaps apalagi mati. Hingga kemudian digagas wisata new normal berbasis staycation di alam bebas. Bagaimana bentuknya?

Ini yang jadi persoalan, mengingat tren industri pariwisata selama ini, sebelum datang Covid-19 berfokus pada destinasi umum yang biasanya ramai diduyuni turis.

Di sisi lain, juga muncul tata cara berwisata new normal yang harus jadi pegangan bagi siapapun stakeholder wisata. Lalu dikenalkan CHSE (Cleanless, Healthy, Safety dan Environment Sustainability), yang tidak lain merupakan sebuah protokol baru berwisata tidak hanya ketika pandemi, tetapi juga merupakan pijakan masa depan.

Lalu disusunlah konsep yang mengawinkan antara wisata new normal yang staycation dan aktivitasnya dengan gambaran CHSE itu sendiri. Dikemas dalam bahasa dan visual mudah dipahami, dicermati, dengan mengambil lokasi destinasi natural dan umum di Indonesia.

Kawasan edukasi Bodogol dan area Situ Gunung terpilih dari beberapa opsi destinasi.

Selanjutnya diturunkan dalam beberapa kisi-kisi sebagai berikut;

  • FORMAT VIDEO, lebih banyak orang menonton video di YouTube selama pandemi, peluang untuk di-share juga lebih terbuka.
  • JALAN CERITA, agar tidak terkesan menjadi video kampanye dan promosi, disusun jalan cerita (storyline) dengan memakai tokoh sentral sebagai obyek dan bagian dari cerita. Tentang petualangan dengan level yang tidak terlalu tinggi dan dapat diikuti oleh awam.
  • EFEK SINEMATIK, efek sinematik dengan tampilan layaknya sebuah film, tidak hanya apik dari sisi sinematografi namun juga memberikan tantangan bagi kreator.
  • CUT TO CUT DAN DURASI, harus banyak scene yang diambil namun ditampilkan pendek-pendek (cut to cut) serta durasi sekitar 3 menit, berdasarkan riset YouTube untuk tipikal video dengan jenis konten seperti ini.
  • BACK SOUND DAN VOICE OVER, latar audio yang sinematik dan dapat berpadu dengan scene, memakai latar suara pria dengan tipe suara bass, dalam seperti halnya sebuah fillm.
  • SISIPAN CHSE, protokol CHSE ditampilkan dalam proses cerita, disipkan di beberapa bagian namun tetap mengedepankan penjelasan yang gampang dipahami. Memerlukan bantuan visual teks.
  • UNSUR TAMBAHAN, guna memperkuat storyline perlu unsur penguat tambahan seperti penangkaran hewan, aktivitas masyarakat lokal, jenis kegiatan staycation dan bertualang (biking, camping, glamping, trekking, offroad, dll).

PROSES

Proses syuting dilakukan selama 3 hari dengan lokasi di kaki gunung Pangrango (Bodogol, Bogor dan Situ Gunung, Sukabumi), yang merepresentasikan wisata bertualang yang masih alami.

Memakai beberapa kamera selain DSLR, juga Go Pro, drone, serta kamera lainnya. Jam syuting dilakukan mulai; pagi (05.00) untuk mendapatkan efek kabut maupun matahari terbit. Siang hari untuk menunjukkan aktivitas yang dapat dilakukan. Malam hari untuk menampilkan suasana gelap terutama di kawasan Suspension Bridge.

Durasi editing 3 hari, termasuk take voice over dan edit audio. (*)