Konten-konten bagus belum tentu cocok bagi audiens. Sementara konten-konten biasa, bahkan yang terkesan jelek justru lebih pas untuk audiens.

Fakta ini sangat menyebalkan bagi para kreator konten yang sudah begitu capek memproduksi konten. Sebab, ternyata audiens-nya lebih membutuhkan konten biasa yang isi pesannya pun sangat sederhana.

Di mana letak kekeliruannya?

Seorang jurnalis yang membuat laporan dengan berdasarkan kemauannya, tidak mempedulikan siapa pembacanya atau penontonnya, sering dijuluki “masturbasi”. Ini karena ia meletakkan gagasannya sesuai dengan apa yang ada di benaknya. Bukan benak pembacanya.

Seorang kreator konten sama mengkhawatirkannya jika ia bekerja dengan cara jurnalis di atas. Meski keduanya berbeda obyektif, namun bekerja dengan kemauan dan hasrat sendiri tanpa memedulikan target audiensnya hanya akan merugikan produk maupun korporasinya.

Dalam berbagai teori merancang gagasan konten (baik untuk pemasaran maupun komunikasi), seringkali diawali dengan mengenali dan memahami persona audiens. Mencermati hal ini berarti pula mengetahui situasi perjalanan consumer (customer journey atau buyers journey). Ini adalah proses aktif yang melibatkan riset guna menemukan pintu masuk bagi konten yang kelak diproduksi.

Secara sederhana, tahap (stage) dari customer journey terdapat 3 lanjutan. Dimulai dari Awareness, Consideration dan Decision. Ketiga tahap customer journey ini memiliki peta situasi yang berbeda-beda. Oleh karenanya pendekatan maupun konten serta jenis konten yang disajikan di setiap tahap pun berbeda-beda pula.

AWARENESS

Tahap dimana kesadaran akan sebuah brand sedang berlangsung atau justru memerlukan pendekatan agar konsumen memiliki persepsi baru terhadap brand.

Dengan kata lain, di tahap ini diliputi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh konsumen. Mereka cenderung kebingungan, ragu, ingin bertindak tetapi masih menunggu.

Prospeknya adalah mengenal pengalaman konsumen, mencari gejala dari hal-hal yang dialami oleh konsumen, dan menggali peluang dari persoalan yang dihadapi konsumen.

Yang Harus Dilakukan?

  • Riset yang lebih mendalam, melakukan analisa lebih tajam.
  • Menawarkan konten edukasi, memanfaatkan ucapan atau penjelasan dari pakar.
  • Konten lebih tertuju kepada membantu menyelesaikan persoalan dan solusi.

CONSIDERATION

Tahap di mana konsumen mulai mengenal dan memberi atensi ke brand. Artinya satu tahap di mana persoalan yang dihadapi seperti dapat ditangani atau diatasi oleh brand.

Konsumen tidak lagi kebingungan, keraguannya sedikit terkikis, dan kian tertarik kepada brand. Ia mulai terfokus dan membutuhkan solusi yang dapat mengatasi persolan dirinya dengan brand tersebut.

Prospeknya adalah konsumen semakin jelas dan di benaknya mulai terngiang brand, ia juga menemukan cara mengatasi persoalannya.

Yang Harus Dilakukan?

  • Panduan lebih solutif dari pakar terutama dalam penggunaan brand.
  • Konten dapat berupa komparasi dengan brand lain untuk membantu memastikan pilihannya.
  • Konten yang bersifat interaktif (live, podcast, video, dll) dapat dipilih sebagai strategi.

DECISION

Tahap di mana konsumen memilih brand, ia merasa cocok, kegalauan dan kegamangannya sudah sirna. Hanya saja, mereka tetap membutuhkan informasi tentang cara mendapatkan, harga, ketersediaan brand, juga manfaat lain dari brand.

Ia juga berhitung untuk mendapatkan value for money. Dukungan pakar sudah tidak diperlukan lagi. Namun jika brand terkait dengan gaya hidup yang diperlukan tetaplah brand ambassador yang sesuai dengan kelasnya.

Yang Harus Dilakukan?

  • Konten berupa demo, baik live maupun konten dokumentasi.
  • Literatur brand atau produk yang lebih mendetil, manfaat maupun berbagai studi kasus yang pernah terjadi.
  • Konten yang menampilkan layanan terhadap konsumen, juga komparasi tetap diperlukan untuk menceritakan benefit lebih jauh.

INGIN BERDISKUSI LEBIH LANJUT TENTANG STRATEGI KONTEN BASED ON CUSTOMER JOURNEY? KIRIM EMAIL KE ANDRANURYADI1@GMAIL.COM