Tidak sedikit klien kami yang memahami bahwa strategi branding hanya dilakukan melalui kekuatan media massa dan jaringan OTT (over the top). Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah. Tapi menjadi pekerjaan yang tanggung jika ia memiliki begitu banyak dan lengkap sumber daya dan akses.
Oleh sebab itu melakukan strategi branding memerlukan totalitas. Harap diingat, audiens ada di dunia nyata dan dunia maya, yang –terutama di dunia maya- lebih kompleks dan spesifik.
Melakukan strategi branding dimulai dari membangun sebuah cerita (story). Mengapa begitu?
Sebuah brand memiliki story yang akan dilontarkan kepada audiens. Story itu beragam, tetapI biasanya muncul dari konsep yang telah ditentukan berdasarkan situasi demografi, psikografi maupun geografi, termasuk behaviour audiensnya. Story juga bisa mengacu pada status perjalanan konsumen (customer journey).
Sebuah story yang telah matang kemudian dipertajam dengan misi yang hendak disampaikan. Story juga dapat dihubungkan dengan identitas brand.
Sehingga di hlu strategi branding, Anda memiliki dua akses, yaitu identitas dan pemasaran.
Untuk mengoptimalkan idenitas, sebenarnya sedikit lebih sederhana dengan memanfaatkan aset berupa website dan kolateral.
Sebuah webste dibangun menjadi semacam rumah bagi brand. Bahkan banyak pemilik brand yang juga memanfaatkan sekaligus sebagai akses audiens untuk melakukan transaksi pembelian (purchase).
Inti dari bekerja mengelola web adalah mengembangkan proses pemasaran karena terjadinya interaksi langsung dengan konsumen, selain itu memproduksi konten (blog, content marketing) sebagai bagian dari melakukan retensi dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Kolateral merupakan medium tambahan yang seringkali dilupakan, namun sebenarnya masih membutuhkan. Di bagian ini misalnya banner, flyers, poster dan model pemasaran konvensional lainnya. Biasanya diperlukan di titik-titik yang dekat dengan penjualan.
Proses marketing tidak hanya melulu di website. Konsep own media dan paid media harus disiapkan sebagai bagian dari strategi.
Beberapa klien kami menanyakan, jika sudah memiliki own media, lalu buat apa lagi paid media?
Own media yang belum semasif paid media, biasanya hanya diakses oleh pelanggan yang sudah aware atau sadar akan kebutuhan akan brand. Sementara di luar itu, masih banyak potensi mengakuisisi lebih banyak lagi pelanggan, karena itu paid media tetap diperlukan. Apakah dalam bentuk kerjasama dengan media atau melakukan konferensi pers dan melibatkan jurnalis sebagai perpanjangan tangan.
Advertising untuk menembus lebih jauh lagi calon pelanggan juga jadi jurus lain. Ada dua teori yang banyak digunakan, yaitu dominan di media konvensional atau dominan di media digital. Pilihan ini tergantung dari sajauhmana audiens Anda berada.
Dalam konteks media sosial lebih spesifik lagi, karena Anda harus bekerja sendiri, membangun brand dengan mendekat ke calon pelanggan lewat akun-akun media sosial. Kunci keberhasilannya adalah pada KPI yang menyangkut seberapa tingkat engagement yang diharapkan.
Membuat strategi branding emmerlukan cetak biru lengkap beserta KPI. Peta serupa juga dapat diaplikasi jika melakukan rebranding.(*)
INGIN BERDISKUSI TENTANG STRATEGU BRAND ANDA? SILAKAN KIRIM EMAIL KE: ANDRANURYADI1@GMAIL.COM